Bicara masalah kemasan ternyata tidak sesederhana yang dilihat. Menurut DR. Dudy Wiyancoko, Staf Pengajar Desain Produk Industri, Fakultas Seni Rupa Desain ITB mengatakan, “Desain Kemasan” menguraikan mulai dari mendesain suatu kemasan sampai maksud yang terkandung didalamnya agar tercapai sasaran. Ada tiga kategori untuk menentukan desain kemasan. Pertama, soal makna kemasan. Kemasan sebaiknya bermakna personal, sosial, dan publik. Berdasarkan sifat komunikasi antara pengirim ke penerima pesan atau dari produsen ke konsumen, kemasan harus punya nilai intimacy.
Apa itu? Maksudnya produk tersebut hanya ingin diketahui oleh pelakunya, tidak ingin orang lain tahu apa isi produk dalam kemasan itu. Sedang kemasan yang bermakna sosial, biasanya untuk penghargaan atau penghormatan atas prestasi atau hasil yang dicapai. Sementara kemasan yang bernilai publik, biasanya untuk produk untuk komersial, jadi pesan kemasannya harus dapat dimengerti oleh semua orang yang membacanya. Kedua, kemasan dalam bentuk fisik.
Terdiri dari kemasan primer melekat pada produknya), kemasan sekunder (melindungi produk), kemasan tersier (fungsi kemudahan dan praktis pembawaannya), kemudian kemasan transport dan sebagainya. Ketiga, mendesain kemasan yang baik harus mencakup 5 fungsi yaitu fungsi protektif, fungsi praktis, fungsi informasi, fungsi komunikasi dan fungsi lingkungan.
Kemasan seringkali disebut sebagai “the silent sales-man/girl” karena mewakili ketidak hadiran pelayan dalam menunjukkan kualitas produk. Untuk itu kemasan harus mampu menyampaikan pesan lewat komunikasi informatif, seperti halnya komunikasi antara penjual dengan pembeli. “Para pakar pemasaran menyebut desain kemasan sebagai pesona produk (the product charm), sebab kemasan memang berada di tingkat akhir suatu proses alur produksi yang tidak saja untuk memikat mata (eye-cathing) tetapi juga untuk memikat pemakaian (usage attractiveness),” papar Dudy. Tampilan kemasan tidak lepas dari perkembangan jaman. Misalnya kemasan untuk individu, disesuaikan dengan jumlah suatu keluarga yang makin sedikit. Bahkan orang-orang kota lebih menyukai kemasan yang praktis, mudah dibuka, disimpan dan gampang dihangatkan dengan microwave.
Desain kemasan mempunyai 5 prinsip fungsional, pertama kemasan (packaging). Pada kemasan ini harus disampaikan tentang jenis produk, dan kegunaannya. Disini kejujuran jadi hal penting. Kedua, kemasan secara fisik. Fungsinya sebagai pelindung produk dari benturan, gesekan, guncangan, hentakan dan lain-lain. Disini kekuatan menjadi prinsip utama. Ketiga, kemasan yang nyaman dipakai. Maksudnya kemasan disini memberikan rasa nyaman jika disentuh, permukaannya tidak melukai, lentur saat digenggam, mudah dibersihkan, disimpan, stabil bila diletakkan. Kemasan yang dapat didaur ulang sangat diutamakan.
Keempat,kemasan yang mampu menampilkan citra produk dan segmentasi pasar pemakainya. Disini melibatkan banyak unsur terutama yang berkaitan dengan imajinasi, selera, dan fantasi sipemakai. Kemasan disini harus mampu menerjemahkan siapa pemakainya, status sosial, dimana dan jenis perilaku seperti apa produk mainan tersebut dipakai. Keunikan menjadi nilai penting. Kelima, kemasan yang berprinsip mendukung keselarasan lingkungan. Kemasan yang baik adalah yang; mudah didaur ulang (recycle) ke produk baru dan tidak terkontaminasi, bisa dilebur dan dibuat kembali ke produk (re-use) asal.
Bila mengamati produk-produk IKM saat ini di pasaran, baik itu produk kerajinan, sandang, logam, atau pangan dan produk lainnya, sudah banyak kemajuan. Banyak yang sudah menampilkan kaidah kemasan, tidak terbatas pada kemasan sebagai pembungkus dan pelindung produk saja, tapi sudah diser tai dengan keindahan kemasannya.
Tapi bagaimana dengan industri kecil pangan skala rumah tangga, yang tidak punya dana untuk membuat kemasan? Jelas itu akan menjadi problem besar bagi mereka. Apalagi, sekarang mulai masuk produk pangan dari negara tetangga dengan kemasan bagus membanjiri pasar Indonesia dengan harga yang relatif sama dengan produk IKM pangan Indonesia.
Untuk mengantisipasi hal itu, Departemen Perindustrian dalam hal ini Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah mendirikan Klinik Kemasan dan Merk yang siap membantu masalah kemasan produk kepada pengusaha industri kecil dan menengah (PIKM). Misalnya membantu mendesain produk milik PIKM agar tampak lebih menarik. Walaupun peran Prindustrian masih terbatas pada bantuan informasi, ser ta konsultasi untuk kemasan produk, dirasa sudah cukup membantu bagi PIKM yang tidak punya dana.
Jadi ajakan Indra Gunadharma dalam meningkatkan ide desain kemasan melalui forum komunikasi antar produsen dengan pembeli di kota, daerah dan luar negeri, serta melalui kerjasama dengan praktisi periklanan, kemasan, marketing, percetakan, juga mahasiswa desain, perlu disupport.
Mohon arahan, bila ingin konsultasi /belajar cara bisnis dari awal pengemasan sampe panaskan sukses, harus kemana ya ?
Bapak Ahmad
Kami sudah memberikan balasan melalui sms. Terima kasih
Salam