Potensi kopi Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan mulai banyak dilirik importir kopi dalam dan luar negeri salah satu diantaranya produk Tabo Kopi Sipirok. Kopi arabica yang dihasilkan Tabo kopi Sipirok seperti premium roast, jantan roast dan luwak liar roast sekarang cukup digandrungi masyarakat berbagai daerah dan negara. Usaha kopi dia geluti tergolong masih muda sejak Tahun 2013 lalu, dimasa kepemimpinan Hamdan Nasution, saat itu penjabat kepala badan pemberdayaan masyarakat dan pemerintah desa Tapsel memberi peluang.
“Pembinaan yang didapatkan ketika itu dari pemerintah adalah program bantuan pusat melalui Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna (Posyantek). Dari situ muncul semangat dan inisiatifnya dari bantuan program”kopi Sipirok harus bangkit dan terkenal”, UD Tabo berhasil hingga saat ini dan bahkan sudah membina langsung sejumlah petani kopi diwilayah itu. Importir kopi asal Amerika, RRT, Korea, Taiwan, Afrika Selatan, Newzeland sudah datang silih berganti dalam setiap tahun berkunjung sekaligus studi banding produksi Tabo Kopi yang beralamat di lingkungan Sumuran, Sipirok tersebut.
Dari sisi kwalitas kopi asal Sipirok sangat OK untuk kebutuhan luar negeri, namun jumlah produksi yang minim masih belum bisa menutupi permintaan pasar hingga luar negeri tersebut. Akan tetapi pihak UD Tabo sendiri juga sampai sekarang masih merasa kewalahan untuk menutupi kebutuhan dalam negeri termasuk daerah hinterline Tapanuli Selatan seperti Madina, Padangsidimpuan dan lainnya. Kalangan luar negeri banyak mengetahui perkembangan Tabo Kopi setelah promosi lewat jasa internet dan rata-rata pengunjung datang puas setelah melihat dan mencicipi cita rasa kopi tersebut. Menutupi kebutuhan UD Tabo masih tetap membina 5 kelompok tani kopi speciality Sipirok diantaranya petani kopi desa Sialaman, Situmba, Sumuran, Huraba, Bulu Mario, dan desa Poldung, Simangambat.
Produksi perbulan Tabo kopi khusus grenbean baru mencapai 100 kg dengan langganan tetap 50 kilogram sekali dalam permintaan dalam bulannya. Greenbean dikenal bubuk kopi yang diolah ala tradisional untuk menjaga kwalitasnya, dimana dalam pengolahannya mulai proses penjemuran gabah hingga kering, kemudian ditumbuk halus menggunakan wadah alu kemudian ditampi selanjutnya dilakukan penyortiran. Minim dan lambannya memproses Grenbean penyebab lambannya produksi, apalagi masyarakat petani maunya yang instans dimana habis panen bisa langsung dijual.
Gabah kopi yang digiling menggunakan mesin kwalitas kopinya banyak yang disortir rusak sehingga memengaruhi cita rasa kopi itu sendiri. Kesukaran tingkat proses mendapatkan hasil kopi grenbean tersebut, menyebabkan hasil produksi grenbean rendah dan berimbas kepada permintaan pasar. Meski demikian UD Tabo Kopi Sipirok tidak patah arang akan terus berinovasi agar bagaimana kopi Sipirok bisa menjadi ikon daerah itu dengan niat peningkatan kesejahteraan petani kopi daerah tersebut. Bahkan lebih jauh dia berharap masyarakat Sipirok khususnya petani kopi dapat mengembangkan kopinya dikarenakan peluang ekonominya yang menjanjikan.