Merebut Kejayaan Lada Lampung

BUMI pertiwi sejak zaman prakemerdekaan telah dikenal sebagai negara pemasok lada terbesar di dunia. Kejayaan lada asal Tanah Air itu bahkan sempat berlanjut hingga era kemerdekaan dengan salah satu daerah pemasok utamanya adalah Lampung.

Pada 1970, produksi lada hitam asal Lampung mampu mencapai angka 50 ribu ton dengan tingkat produktivitas lahan sebesar 1,5—2 ton per hektare. Lampung sempat mendominasi dan menjadi pemasok sebagian besar lada hitam dunia.

Sayang sejak 2013 posisi Indonesia sebagai pemasok terbesar lada dunia mulai bergeser. Posisi itu tergantikan dengan Vietnam. Dengan luas lahan 80 ribu hektare, negara itu mampu memproduksi lada hingga 120 ribu ton pada 2015.

Sementara Indonesia dengan luas perkebunan mencapai 171 ribu hektare dan merupakan luas perkebunan terbesar di dunia hanya mampu memproduksi 91 ribu ton baik lada hitam maupun putih pada 2013. Hingga kini Indonesia pun hanya menjadi posisi kedua.
Merosotnya produksi lada nasional bermula dari merosotnya produksi daerah termasuk Lampung. Produktivitas lada di Indonesia hanya mampu mencapai 0,5 ton per hektare sementara Vietnam 3,2 ton per hektare.

Selain itu, deregulasi lahan perkebunan lada di Tanah Air juga di Lampung terus terjadi. Lampung Utara yang merupakan salah satu daerah penghasil lada terbesar, mengalami penyusutan lahan cukup signifikan dalam kurun waktu enam tahun terakhir.
Data Dinas Perkebunan Lampung Utara menyatakan susutan areal pada 2010 tercatat luas tanaman lada 25.678 hektare (ha), 2011 (19.177 ha), 2012 (18.473 ha), 2013 (18.091 ha), 2014 (11.979 ha), 2015 (11.401 ha), dan di 2016 tersisa 10.829.

Penyusutan 14.849 ha merupakan jumlah tak sedikit. Terlebih itu baru dari satu kabupaten penghasil. Data Dinas Perkebunan Provinsi Lampung menyebutkan produksi lada hitam Lampung dari 50 ribu ton pada era 1970-an menjadi 23.239 ribu ton.

Upaya pemerintah mengembalikan kejayaan produktivitas lada harus direalisasikan sepenuh hati lewat pendekatan kultural dan teknologi budi daya mumpuni. Hama yang membuat frustasi petani, harusnya diatasi, juga soal kestabilan harga lada.
Pemerintah harus mendukung teknologi pengolahan hasil sehingga petani lada tak lagi menjual komoditas mentah, tapi mampu mengolah komoditas yang memberikan nilai tambah. Dengan begitu kejayaan lada nasional juga Lampung dapat direbut kembali.

Dipasaran lada biasa dijual dalam kemasan sachet praktis.Untuk membuat kemasan sachet diperlukan mesin pengemas sachet,Aneka Mesin adalah salah satu produsen mesin pengemas lokal. Untuk informasi mengenai mesin pengemas sachetnya ,silahkan klik.

 

Sumber

Tinggalkan komentar