Kekayaan produk pangan lokal agaknya kini tak bisa dipandang sebelah mata lagi. Tapi sayangnya, harta karun Republik Indonesia tersebut belum bisa dimanfaatkan maksimal untuk peningkatan ekonomi masyarakat, khususnya di daerah pedesaan. Padahal, potensi pangan lokal punya banyak peminat di pasaran luar negeri jika dibungkus dengan desain kemasan eye catching.
CEO Javara, Helianti Hilman, menuturkan salah satu penghambat produk pangan lokal belum bisa tembus ke pasar internasional adalah karena masalah kemasan produk. Apalagi untuk membidik segmen pangan lokal dengan kelas premium di luar negeri, desain kemasan pun rupanya masih tak cukup menarik.
“Pertama itu paling mudah dari kemasan produk, di mana ada cerita proses di balik produk itu ada di kemasan. Kalau lihat di produk-produk kita ada (keterangan) ceritanya, karena itu paling cepat (laku), kemasan bisa menceritakan dia sendiri,” ungkap Helianti kepada detikFinance di kantornya, Kawasan Kemang, Jakarta, Senin (28/8/2017).
Hampir semua kemasan produk pangan lokal dari Javara mencantumkan deskripsi dari produk itu sendiri, seperti proses pembuatannya, kearifan lokalnya, sampai budaya masyarakat di pelosok daerah yang membuat pangan tersebut.
Menurutnya, kemasan yang baik sekalipun, sulit memasarkan produk pangan lokal yang sebelumnya bisa jadi tak dikenal sama sekali. Kesulitan akan bertambah rumit manakala produk tersebut berorientasi ekspor. Menembus pasar ekspor lewat komunitas jadi alternatif Javara.
“Istilahnya bermain dengan komunitas untuk melakukan consumer education, karena ini produk-produk kita kalau enggak di-educate akan susah. Yang paling efektif yaitu lewat para chef atau koki, baik di dalam maupun luar negeri, kita approach duluan, jadi kalau kita punya barang yang aneh-aneh, kita suka kirim ke mereka duluan,” ungkap dia.
“Kirim ke chef hotel-hotel di Jakarta dan luar negeri. Supaya mereka kasih respons balik, ini (produk) rupanya bisa dibuat ini dibuat itu, jadi peran dari keberadaan chef-chef sangat membantu endorse ingredient produk itu sendiri,” kata Helianti.
Cara-cara yang dianggap konvensional pun dilakukan Javara mentenarkan pangan lokal yang sebelumnya tak populer.
“Jadi untuk endorsing ingredient tadi juga kita lakukan banyak demo, workshop, ikut event-event, bikin buku, dan tulisan di media sosial. Jadi memang perlu effort yang harus dilakukan untuk mengedukasi masyarakat,” pungkas Helianti.