Dunia memasuki era revolusi industri 4.0 alias revolusi industri keempat. Era ini menuntut pelaku industri mengubah proses manufaktur, dengan mengintegrasikan sistem berbasis online atau sistem modern dalam sebuah mata rantai produksi.
Era ini juga menuntut para pelaku industri memakai teknologi canggih, untuk mengefisiensikan produksi pabrik. Namun, pemakaian robot atau penggunaan alat secara otomatis di dalam pabrik seringkali mengurangi tenaga kerja, karena ada peran manusia yang digantikan robot.
Akan tetapi menurut Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, hal tersebut tidak berpengaruh signifikan dalam pengurangan tenaga kerja. Industri justru tetap menyerap tenaga kerja, untuk mengoperasikan mesin-mesin yang ada.
“Tidak mengurangi tenaga kerja. Misalnya industri makanan, untuk packaging-nya, untuk operasinya itu masih membutuhkan tenaga kerja yang besar,” kata Airlangga, di Indonesia Economic Forum, Hotel Shangri-La, Jakarta Selatan, Jakarta Selatan, Selasa (15/11/2016).
Menurutnya, pada industri yang memproduksi makanan, tekstil, dan garmen walaupun memakai banyak mesin tetapi tenaga kerjanya masih banyak. Bahkan untuk industri berbasis semen dan pupuk jika tenaga kerjanya sedikit modalnya semakin besar.
“Kalau industri berbasis pada food processing itu tenaga kerjanya banyak. Industri berbasis tekstil dan germen tenaga kerjanya banyak. Industri alas kaki tenaga kerjanya banyak. Kalau industri semen, pupuk tenaga kerjanya sedikit modalnya makin besar,” kata Airlangga.
Era industri 4.0 ini adalah era penggunaan teknologi dan permesinan dalam industri manufaktur. Sebagai bagian untuk menyediakan rantai pasokan, penggunaan teknologi modern diperlukan untuk mempercepat produksi. Karena industri dituntut untuk efisien, lebih efektif, dan memiliki teknologi ramah lingkungan.